Mengukir Kreativitas dengan ASUS Zenbook 14 Flip OLED: Pengalaman Mengagumkan Bagi Para Kreator

Setelah mencoba langsung ASUS Zenbook 14 Flip OLED makin ingin beli. Bukan hanya sekadar laptop, melainkan kanvas digital yang menghadirkan pengalaman tak terlupakan bagi para kreator. Dengan desain yang elegan, layar OLED, layar touchscreen yang bisa diputar 3600, dan performa tinggi, laptop ini tidak hanya memenuhi kebutuhan produktivitas sehari-hari, tetapi juga menginspirasi dan memudahkan proses kreatif.

Layar touchscreen yang bisa diputar 3600 pada ASUS Zenbook 14 Flip OLED

Layar OLED: Portal Ke Dunia Warna yang Luar Biasa

Salah satu aspek yang segera mencuri perhatianku sebagai kreator adalah layar OLED Zenbook 14 Flip. Dengan resolusi tinggi yang tidak tanggung-tanggung, layar ini memiliki color gamut 100% DCI-P3 dan telah mengantongi sertifikat PANTONE Validated Display. Karenanya laptop ini mempersembahkan warna yang hidup dan kontras yang mendalam. Proses pengeditan foto dan video menjadi lebih realistis, memberikan pengalaman visual yang membuat karya-karya terlihat lebih hidup.

Pengalaman Mengetik yang Nyaman

Bagi penulis dan kreator konten, pengalaman mengetik merupakan hal yang krusial. Keyboard Zenbook 14 Flip OLED dibekali dengan fitur yang bernama Eye Care. Fitur tersebut memungkinkan spektrum cahaya biru yang berbahaya buat mata dikurangi secara drastis tanpa mengurangi kualitas visual. Dengan pencahayaan latar yang dapat diatur sesuai keinginan. Dengan desain chiclet yang presisi, pengguna dapat mengetik dengan nyaman bahkan dalam kondisi pencahayaan yang minim.

Desain yang Ergonomis dan Fleksibel

Desain 2-in-1 Zenbook 14 Flip OLED memungkinkan pengguna untuk menyesuaikan perangkat sesuai kebutuhan mereka. Dalam mode tentu, pengguna dapat dengan mudah menggambar atau mendesign dengan presisi tinggi menggunakan stylus atau jari-jari mereka. Engsel yang kuat juga memberikan stabilitas saat digunakan dalam mode laptop, memberikan kenyamanan tanpa batas bagi para kreator yang sering bekerja dalam berbagai posisi.

NumberPad 2.0 pada ASUS Zenbook 14 Flip OLED

ASUS Zenbook 14 Flip OLED menggunakan desain keyboard edge-to-edge, terdapat touchpad lengkap dengan fitur NumberPad 2.0 untuk pengguna yang membutuhkan tombol numpad. Soal keamanan, Zenbook 14 Flip OLED ini sudah dibekali dengan sistem biometrik menggunakan sensor sidik jari (fingerprint sensor) yang terlah terintegrasi dengan Windows Hello.

Performa Tinggi untuk Tantangan Kreatif

Ketika datang ke performa, Zenbook 14 Flip OLED tidak mengecewakan. Dengan dilengkapi oleh Office Pre Installed termasuk Windows 11 Home. Juga ditenagai oleh prosesor powerful 11th Gen Intel CoreTM serta didukung oleh RAM yang cukup, laptop ini mampu mengatasi tugas-tugas kreatif yang berat. Mulai dari pengeditan video hingga rendering gambar, setiap langkah proses kreatif dapat dijalankan dengan mulus, mempercepat proses kreatifitas tanpa hambatan.

ASUS Zenbook 14 Flip OLED

Koneksi dan Port yang Mengagumkan

Untuk mendukung kebutuhan para kreator, ASUS menyediakan Port ThunderboltTM 4, dari USB-C hingga HDMI, pengguna memiliki fleksibilitas untuk menghubungkan perangkat eksternal seperti monitor tambahan atau perangkat penyimpanan eksternal. Koneksi Wi-Fi yang cepat juga memastikan unggahan dan unduhan file berukuran besar berjalan lancar.

Kesimpulan: Menjadi Bagian dari Setiap Proses Kreatif

ASUS Zenbook 14 Flip OLED bukan hanya alat, tetapi mitra kreatif yang andal. Dengan kombinasi layar OLED yang memukau, desain fleksibel, dan performa tinggi, laptop ini mampu merangkul setiap sisi kreativitas. Dari desain grafis hingga pengembangan konten multimedia, Zenbook 14 Flip OLED membuka pintu menuju ekspresi kreatif tanpa batas. Bagi para kreator, pengalaman menggunakan Zenbook 14 Flip OLED adalah perjalanan menuju pencapaian yang lebih tinggi dalam dunia kreativitas digital.

Kopiku Tertinggal Di Stasiun

Kamis pagi terbangun dengan perasaan sedih karena masih terbawa mimpi. Semuanya terjadi hanya karena membeli segelas kopi.

Minggu malam, Stasiun Tugu Yogyakarta.
Kopi di bangku masih aku diamkan, esnya bahkan sudah mencair. Tanganku masih berkutat dengan aplikasi KAI yang error, sibuk mencoba memesan tiket tarif khusus Yogya – Purwokerto.

Seramai itu suasana barangkali hanya di bangku yang aku duduki orang-orangnya diam. Sudah hampir tiga jam kopinya masih belum aku coba, sekalipun ingin. Satu per satu orang yang ada di deretan bangkuku pergi. Dan kopi itu belum juga aku sentuh.

Sebuah pertolongan datang dari seorang kenalan, memesankan sebuah tiket pulang buatku dengan kereta terakhir dari Stasiun Lempuyangan. Karena tidak bisa cek lewat aplikasi, aku pun salah mengartikan jam keberangkatan kereta pukul 21.28 wib. Buru-buru pergi memesan grab, dan menginggalkan kopi yang bahkan belum juga aku minum.

Mungkin, iya mungkin seharusnya aku tidak usah membeli kopi itu….

9/7/2023

Terjebak Semangkok Ramen

Sewaktu ke Jakarta, teman mengajak makan ramen di Ikkudoichi. Dia pun memesan dua ; pedas dan tidak pedas. Oh ya, dia tidak memesankan yang ukuran kecil saja padahal tahu benar porsi makanku sedikit.

Karena ini pertama kalinya aku ke sini, jadi tidak tahu perihal bisa pesan porsi kecil. Trik marketing juga sih, tidak dicantumkan di buku menu bahkan waitressnya pun tidak menyebutkan tapi sebenarnya bisa kalau kita meminta yang ukuran small.

Dan jeng – jeng… begitu datang langsung terkejut, buatku ini porsinya kegedean 😓 (foto dari atas nampak wajar ya haha). Terus aku nunjuk ke meja depanku kenapa bisa mangkoknya lebih kecil dari punyaku hmm….

Berhubung kondisi ramai tidak bisa ngomel ke temen … tiba-tiba teringat kejadian di twitter, ada netizen yang share foto makanan yang dipesan orang lain namun tidak dihabiskan. Lalu orang pada ramai menghujat. Serius, walau tidak kenal siapa orang yang makan di meja lainnya tapi kejadian di twitter itu membuatku berfikir, mau perut kepenuhan atau apa yang jelas harus habis. 😪

Apakah ramennya habis? Yah tentu habis… setelahnya aku susah buat jalan karena merasa begah perutnya 😑 tapi iming-iming mau dibeliin es krim meluluhkan, walau sangat kekenyangan selalu ada ruang buat es krim 😬

Kiriman Buku

Membuka rumah ini tidak sengaja, ternyata lama juga ya tidak ‘pulang’… Ternyata 2021 sempat menulis, itu pun karena isoman dan ditantangin teman. Yah lumayan walau cuma sampai tiga tulisan saja lalu berhenti. Tahu-tahu sudah Juni 2022… 😆

Selama masa isoman tahun lalu, ceritanya dikirimin buku oleh teman biar tidak bosan. Nyatanya, memang se-membosankan itu sih ; tidak bisa keluar rumah sekedar untuk berjemur karena terlalu banyak anak kecil. Jadi, buku kiriman teman ini lumayan membantu…

Karena ditawarin mau buku apa, jadi kujawab pengin Rapi Jali karya Dee Lestari.

Tidak banyak yang tahu kalau tidak ada gangguan, sehari aku bisa melahap buku sampai tiga. Dan ya… buku dari teman itu hanya bertahan 4 jam. Dikiranya itu bakal dibaca pelan selama masa isoman. Sejujurnya, membaca Rapi Jali 1 itu ngeselin karena udah penasaran sama lanjutannya. Masalahnya nih, yang ke-dua belum dicetak 😅

Akhirnya, dijanjiin bakal dibeliin Rapi Jali 2… asiiikkk…. \(^_^)/

Tapi emang dasar aku teman yang ngadi-ngadi. Setelah beneran Rapi Jali 2 dikirim ke rumah, sewaktu Rapi Jali 3 muncul aku sengaja buat story instagram soal pemesanan (PO) buku Rapi Jali 3 lalu mention teman biar dibeliin juga *hyaaa ‘kan nanggung ya, kalau cuma 1-2 saja… 🤪

Penasaranku terbalaskan, terima kasih ya… selain dibeliin kopi, dikasih buku adalah hal yang paling bikin bahagia 😁 Tolong, jangan suruh milih ya ; ditraktir kopi atau dibeliin buku. Alangkah lebih baik jika beriringan semuanya heu…

Camping Di Warung Pun Sabilah…

Punya teman dolan yang satu seringnya libur pas weekdays, satunya pas weekend. Dini dan Dita, dari nama saja dah macam anak kembar yes😄. Buat ngepasin jadwal bisa barengan tuh ya susah. Pernah nih, yang punya rencana dolan Dita tapi yang eksekusi Dini. Sering!

Suatu hari, Dita kirim pesan tanya-tanya soal hutan Limpakuwus dan tentunya kepengin ke situ kalau kondisi kerjaan dan sikon sudah memungkinkan. Dan selang beberapa waktu Dini chat pengin main ke Purwokerto, jadilah aku komporin soal camping saja deh di hutan Limpakuwus. Dini pun oke, asal mampir ke air terjun di sekitaran Baturraden. Deal!

Maksud hati sih beneran camping hore di hutan Limpakuwus, sudah tanya-tanya juga ke petugasnya. Tapi nih, aku lupa buat ngasih tahu soal tanggal mau campingnya 🤣. Jadi, pas hari H… sore hari di antara gerimis menjelang maghrib sampai lokasi gerbang hutan Limpakuwus di tutup. Cek HP, dan tidak ada sinyal… Mampus!

Tak jauh dari pintu masuk hutan Limpakuwus ada warung pinggir jalan. Pemiliknya kami tanya dan mencoba membantu kami menghubungi petugas. Sayangnya, hari itu tidak ada petugas yang jaga. Sambil menunggu gerimis di warung, sempetin juga minta tethering biar bisa mengabari teman yang masih di bawah buat beli paket data dan minta mereka menyusul ke warung.

Gerimisnya tidak kunjung reda… pemilik warung menawarkan kami buat mendirikan tenda di belakang warung. Ada lahan yang cukup untuk 2 tenda. Tanpa pikir panjang, kami pun mengiyakan daripada harus pindah lokasi lagi. Selain males karena kemungkinan gerimis awet, juga di warung ini lebih terjamin ; ada makanan 24 jam, toilet bersih, listrik buat charge HP, dan yang lebih PENTING di warung ini sinyal operator X masih ada.

Sekitar jam 22.30, gerimis reda. Bang Jaja dan aku pun segera buka tenda, sedangkan Dini, Isna, dan Yaswi menunggu di warung. Begitu tenda sudah siap, langsung buat Indomie dan kopi… laper! padahal di warung dah makan 😝. Tapi malam-malam camping memang paling afdol ya bikin Indomie sama kopi sih.

Hampir jam 12 malam, ada motor berhenti di depan warung. Cewek sendirian, naik Vixion nyasar dong… harusnya ke area camping di CAUB Baturraden tapi malah ke tempat kami. Dan itu lumayan jauh… keren sih berani motoran sendirian, mana gelap jalanan di Baturraden. Bapak pemilik warung baik banget, menawarkan buat mengantar sampai ke CAUB Baturraden.

Pagi hari, bikin sarapan ala-ala…

Selesai sarapan, berempat naik ke hutan Limpakuwus dengan motor, Bang Jaja menunggu di tenda. Tiket masuk ke hutan Limpakuwus Rp 15.000 per orang. Walau gagal foto di hutan pas ada kabut, yang penting bisa pamer foto ke Dita hahaha…

PS : Sorry Dit… Dini duluan. Dita kapan?? 😝 🤣

Mlipir Tidur Ke Yogyakarta

Obrolan dengan Dita yang lagi pamer Chiki Balls pada bulan November berujung rencana penculikan ke Yogyakarta. Padahal niat hati membalas pamer foto itu dengan kasih link penginapan lucu-lucu, malah keterusan minta info tanggal yang kosong kapan. Tahu-tahu pas sadar dah pesan…. 😝


Kalau ditanya ke Yogyakarta ngapain? Tentu saja bakal dijawab dengan singkat, padat, dan jelas ; rebahan alias mau numpang tidur, naruh ‘geger’ yang capek… Ndak mau yang lainnya macam jalan-jalan atau tamasya ke tempat wisatanya. Dibayangan sih sudah asik banget rencana rebahan ala-ala… Eit, tapi tunggu dulu, tidak seindah itu Ferguso!

Sebentar ya… sambil mengingat-ingat karena ini sudah terlalu lama perjalanannya 😅

Sampai di Yogyakarta, pertama yang dicari tentu saja tempat ngopi sekalian nunggu Dita sampai. Duduk di kursi luar salah satu Sbux Yogyakarta sambil mikir, kenapa bawaanku banyak banget sampai bawa tas keril segala padahal cuma dua malam (-__-).

Well, Dita berhasil membuatku terkesima pas baru ketemu karena tampangnya kusut 🤫 dan akhirnya aku tidak sendirian karena Dita juga bawa tas gede!! HAHAHA… Oh ya… tentu saja karena kami sama-sama terpaksa harus kerja walau niatnya mau rebahan saja.

Bahkan, acara makan siang sama bakso yang rasanya micin itu lebih banyak ngelihatin Dita yang sibuk teleponan sama orang kantor 😂

Rute mlipir ke Yogyakarta : ke penginapan, check in – check out. Jadi keluar itu ya karena check out terus pindah ke penginapan satunya. Mungkin kami satu-satunya tamu aneh yang ndak ke mana-mana… urusan makan pun pesen lewat aplikasi. Karena sibuk sama laptop masing-masing, lupa Dita meeting online juga ndak ya dulu itu.. 🤣

Sebelum pindah ke penginapan satunya, sempetin mampir makan siang di Jatinangor Coffee buat mencoba ayam krispinya yang ternyata beneran ENAK!! Yah, walau pedasnya buat ukuranku sukses bikin keringetan, tapi serius kalian wajib cobain menu makanan dan minumannya. Sebenarnya tujuannya ini sih kemarin menginap di sekitaran Jatinangor Coffee tuh… 🤪

Hari kedua pun sama, memilih leyeh-leyeh di penginapan terus sampai waktu check out tiba. Bedanya, di Rumah Senjakala beneran menikmati tanpa harus buka laptop lagi \(^_^)/ … Kamarnya juga terbatas, hanya ada dua (kalau sekarang mungkin sudah tersedia 3 kamar). Selain langsung menghadap ke sungai, banyaknya pepohonan nambah suasana enak buat kami yang bosan dengan keramaian kota.

Maunya sih nambah hari, tapi Dita besok masuk kerja heu… 😌 setidaknya balik dari Yogyakarta, wajah Dita 3x lebih cerah daripada pas baru datang 🤭

** Tantangan menulis saat isoman ini nantinya perjalanan random entah dari tahun kapan saja, senemunya foto buat isi tulisan 🙈

Ayo Nulis Lagi

“Ayo-ayo nulis lagi”, tulis Malesmandi pada sebuah obrolan WhatsApp.


Setelah empat hari merasa bingung mau ngapain lagi selain makan dan tidur yang diulang-ulang sepanjang hari… jadi di sinilah sekarang. Kalau diibaratkan rumah, mungkin rumahnya ini sudah penuh dengan sarang laba-laba dan debu, karena sepanjang tahun 2020 sampai hari ini tidak tersentuh (^__^,).

Baiklah, tantangan Malesmandi buat nulis selama isoman aku terima :D.

Baru buka wordpress setelah sekian lama, ternyata tampilan kalau mau nulis gitu dah berubah. Harus adaptasi lagi dong… Berasa jadi anak baru belajar nulis sih ini… 😀

Ini godaannya lumayan banget ya mau nulis tuh, belum apa-apa sudah banyak intermezzo (>_<) dari mulai ada video call rame-rame, balesin pesan, sama menyambi selesein makan. Tahu-tahu sudah mau jam sembilan malam, padahal ini dari sore nyoba nulis, hahaha…

Berhubung jam tidur sebentar lagi, kalau masih terbata-bata begini dimaafkan ‘kan yah… Yah, di sini ndak ada apa-apanya memang hahaha mending baca dulu saja tulisan terbarunya Malesmandi di sini.

Cobain Yuk, Kalluna Resto Yogyakarta

Kalluna Resto. Sebelum memulai perjalanan dua hari ke depan di Kota Gudeg ini. Dini menyarankan untuk mampir ke resto ini. Bahkan, untuk meyakinkan link instagram Kalluna Resto dia kirim. Tahu benar saya mudah tergoda dengan makanan dan tempat yang menarik. Mengingat tempat ini selalu ramai, kami sepakat untuk datang pas baru buka.

Benar saja lho, meski baru buka saat saya masuk sudah ada beberapa meja yang dipesan dan terisi.  Awalnya diberi meja yang kecil, daripada kerepotan, saya minta pindah ke meja tengah yang sebenarnya sudah dipesan untuk jam satu siang. Well, saya rasa dua jam cukup untuk sekedar makan dan bercakap. Dini datang tak lama setelah saya sampai…

Slideshow ini membutuhkan JavaScript.

Melihat menu-menunya, saya lumayan bingung. Antara pengin pesen banyak tapi Dini sudah makan, jadi ndak ada dong yang nanti habisin makanannya kalau kebanyakan heu… Akhirnya cuma pesan beberapa saja. Sambil menunggu, mumpung belum terlalu penuh, saya pilih memotret Kalluna Resto saja.

Ini nih menu pesanan kami ;

Over all, semua menunya beneran enak, sebandinglah sama harganya 😀 Kalaupun ada minusnya, soal menu minuman kami yang lama baru datang. Bahkan lebih duluan makanan datang daripada minumannya. Hehe, kebayang dong karena tadi saya maunya motret semuanya sebelum disantap, jadi makin lama. Dini yang sebelumnya pernah ke sini pun juga bilang kalau dulu pun minumannya selalu datang belakangan (lama). Hmm….

Dini menghabiskan Klepon Cake sendirian, dia lupa kalau saya alergi santan huhuw 😦 tapi Klepon Cake di sini memang hits banget… jadi wajib banget buat dicoba. Lihat saja nih, penampakan Klepon Cakenya saja dah menarik 😀

Menuju jam makan siang, Kalluna Resto makin ramai, nyaris semua meja terisi. Meski tempat ini baru ada sejak bulan Mei rupanya kemunculannya langsung dapat respon baik. Penasaran juga? Saat ke Yogyakarta, masukkan Kalluna Resto ke daftar kuliner kalian ya…

 

Kalluna Resto
Jl. Sajiono No 13, Yogyakarta
Buka : Minggu - Kamis : 10.00 - 22.30 WIB
       Jumat - Sabtu  : 10.00 - 23.00 WIB
Telp : 082195295758
IG : @kalluna_id

Spedagi Homestay Bikin Itinerary Ambyaarrr…

Pernah tidak kalian melakukan perjalanan, tetiba semua rencana yang sudah disusun jadi berantakan???
Saya pernah mengalaminya dua kali ; pertama saat ke Ambon, lalu kemarin saat ke Temanggung. Kenapa bisa jadi berantakan??

Bermula dari saya, Dita Malesmandi, Mba Ika Turissendaljepit, dan Dini Dinilint jauh-jauh hari merencanakan untuk menginap di Spedagi Homestay lalu berkunjung ke Pasar Papringan. Awalnya nih dari admin Spedagi Homestay kami diberi jadwal awal November, lalu selang semingguan dikabari kalau ada yang cancel menginap untuk tanggal 5-6 Oktober.

Saya pun mengiyakan untuk tanggal tersebut mengingat yang lainnya juga bisa. Mendekati hari H, malah baru sadar kalau hari Sabtunya saya ada undangan ke Magelang. Hahaha… Ruwetnya adalah ; Sabtunya saya mesti jemput Dita Malesmandi habis subuh di Stasiun Weleri, lalu ke Semarang dulu baru ke Magelang. Oh iya, harusnya sekalian jemput Mba Ika Turissendaljepit, cuman mendadak Mba Ika naik mobil dengan saudaranya. Jadi, Mba Ika duluan ke Sukorejo.

spedagi homestay - temanggung

Biar tidak bingung saya buatkan itinerary buat semuanya, lengkap dengan petunjuk menuju lokasi sarapan pagi di tempat teman yang ada di daerah Sukorejo sampai tempat wisata yang bisa dikunjungi karena nantinya terlewati saat menuju homestay. Rupanya, karena mereka mau langsung mager, dari Sukorejo akhirnya langsung ke Spedagi Homestay. Tidak mampir ke candi dan klenteng… huehehe….

Saya sendiri dari Magelang akhirnya langsung menyusul mereka dengan naik bus. Dan tiba di Temanggung tidak lama setelah Dini Dinilint  sampai.

omah yudhi lokasi

Lokasi Homestay Spedagi Bikin Kaget
Tahu ndak sih, pas baru sampai homestay sedikit kaget, karena awalnya saya pikir lokasinya jauh di pelosok sawah-sawah ternyata dekat dengan jalan raya, bahkan depannya ada pasar tradisional (Pasar Kandangan). Jadi kalau mau cari makan bisa banget di sekitaran homestay.

Baru sampai, Dita Malesmandi dan Mba Ika Turissendaljepit ngajakin beli gorengan juga buah di seberang. Lalu bersantai di area living room-nya…. sambil menikmati gorengan dan bikin minuman sendiri.

pasar kandangan

Pilihan Kamar Di Omah Yudhi (Spedagi Homestay)
Omah Yudhi ini berbentuk pondok kecil yang terdiri dari 4 pondok ; Pondok Omah Tinggi (kapasitas 4 orang), Pondok Omah Pojok (kapasitas 4 orang), Pondok Omah Tua (kapasitas 4 orang), dan Pondok Omah Gede (kapasitas 8 orang). Semuanya berupa tempat tidur susun, dan kamar mandi di luar kecuali Pondok Omah Tua yang ada kamar mandi di dalamnya. Tarif semuanya sama ; Rp 700.000 / malam, kecuali Pondok Omah Gede ; Rp 1.400.000 / malam.

Kami memilih Pondok Omah Pojok, setelah diskusi pendek dengan Dita. Aslinya bingung pilih mana… maunya cobain semua hehe.

spedagi homestay - omah yudhi

Fasilitas Omah Yudhi
Buat yang mau menginap di sana, apa saja yang didapat? Fasilitas yang didapat untuk paket ; teh/kopi/air mineral sepuasnya, koin pring untuk sarapan di Pasar Papringan, makan malam di homestay, free wifi. Terdapat juga dapur yang bisa digunakan bebas bagi yang menginap di sana.

Ajakan Ramah Lingkungan
Oh iya, di Omah Yudhi pengunjung diajak untuk mengurangi sampah. Makanya ada aturan untuk ; tidak membawa minuman dalam kemasan karena Omah Yudhi menyediakan cukup banyak air dan gratis!!, tidak membawa makanan yang dikemas menggunakan styrofoam, dan pastinya harus menjaga kebersihan dong…

Mager Oh Mager
Berkunjung ke Spedagi Homestay ini beneran deh ya, sangat diluar ekspektasi. Kami akhirnya lebih banyak menghabiskan waktu di living room. Apalagi sore hari akhirnya Mas Yudhi, pemilik homestay datang dan mengajak ngobrol ringan sampai malam.

ngobrol dengan mas yudhi

Bahkan saat makan malam tiba, obrolan masih berlanjut sembari makan. Ngobrol sana-sini, ketawa, ngobrol lagi… terus gitu hingga pamit untuk beristirahat 😀

Mas Yudhi berhasil menyihir kami berlima untuk mendengarkan kisahnya saat memulai membuat Spedagi Homestay hingga Pasar Papringan. Saat perjuangannya di Pasar Papringan lokasi lama, hingga di tempat yang hingga sekarang berada. Dan kami menyimak sambil menikmati kelezatan menu makan malam yang dimasak sama kakaknya Mas Yudhi. Jadi, dua-duanya sama nikmatnya. Serius!!

Hati-hati lihat foto ini, nanti jadi kehipnotis 😀 

Slideshow ini membutuhkan JavaScript.

Dan tahu tidak?
Besoknya, sekembalinya kami sarapan dari Pasar Papringan. Yang kami lakukan hanyalan duduk santuuuyyy di homestay. Padahal ada itinerary buat ke Embung Kledung, kulineran di RM. Bu Carik Parakan, dan menikmati kopi di Wapitt. Weeesssss… ambyaarrrr semua jadwalnya wkwkwk…

Tapi memang nih, Spedagi Homestay membius sekali. Bikin saya dan teman-teman males beranjak. Semalam rasanya kurang… bahkan Dita Malesmandi, Mba Ika Turissendaljepit, dan Dini Dinilint  malah melanjutkan tidur siang (hingga sore). Saya dan Bimo mencoba cari kopi pesenan temen, dan kecewa karena beberapa tempat yang kami datangi ternyata tutup.

Selepas ashar, saya mengingatkan lainnya untuk bersiap. Karena harus mengantarkan Dita dan Dini ke Stasiun Weleri, sedangkan saya, Mba Ika, dan Bimo lanjut perjalanan lewat pantura untuk kembali ke Purwokerto.

Thanks buat mas Yudhi dan Mba Meida yang sudah mau menyambut kami dengan ramah, dan membiarkan kami menambah waktu di hari Minggu. Makasih juga untuk jamuan makan malamnya yang lezat… Dan tentu Bimo yang sudah mau diculik ke sini 😀

Spedagi Homestay (Omah Yudhi)
Krajan, Kandangan, Temanggung Regency, Central Java 56281
WA : 085 328 934 781
IG : @spedagihomestay

 

 

The Coffee Brake Purwokerto

Sejak awal tahun ini entah ada berapa tempat ngopi bermunculan di Purwokerto. Dari sekian banyaknya coffeeshop baru yang menarik perhatian saya adalah The Coffee Brake, yang ada di Jl. DR. Soeparno No. 96, Arcawinangun, timur GOR Satria Purwokerto. Mumpung kedatangan temen, Dita dari Jakarta, sekalian nih buat cobain The Coffee Brake.

The Coffee Brake Purwokerto

Coffeeshop ini dari depan saja dah nampak maskulin, begitu juga bagian interiornya. Pas masuk langsung menuju bagian kasir buat memesan menu, baru memilih tempat duduk. Karena masih pertama, saya pilih meja panjang tengah saja biar bisa lihat sana-sini hehe…

Sementara sih menu yang disediakan menu minuman dan beberapa macam snack, harga menunya mulai Rp. 12.000 – 35.000. Apa saja? Ini nih sebagian ;

Slideshow ini membutuhkan JavaScript.

Nah, ndak lengkap kalau belum foto-foto. Mumpung ada Dita, biar dia saja yang jadi model dadakan haha…

Sekedar info nih, The Coffee Brake buka mulai jam 16.00 – 23.00 WIB (sementara), karena nanti bakalan buka mulai siang buat nyeduh kopinya. Dan live musik buat menghibur pengunjung di akhir pekan. Selain itu, banyak kursi depan bar jadi yang mau lihat para barista nyeduh pesenan masing-masing, bisa bangeeetttt….

Jadi, kapan nih ajakin saya ngopi di The Coffee Brake??

 

The Coffee Brake Purwokerto
Jl. DR. Soeparno No. 772, Arcawinangun (Timur GOR Satria)
IG : @thecoffeebrakepwt
WA : 082265122226